Terima kasih kami ucapkan kepada semua yang sudah berpartisipasi mengirimkan tulisan ke BLog Cerpen, Baik karya sendiri maupun artikel dari sumber lain. Mohon maaf kepada yang kiriman tulisannya belum bisa kami muat dikarenakan keterbatasan waktu...!!!

Apa yang kamu cari? Temukan disini

Review Film Siksa Kubur

Assalamualaikum Pemirsah. Sebelumnya disclaimer dulu, ini sama sekali bukan spoiler ya. Ini murni review. Ngerti kan review itu menceritakan sedikit tentang isi film dengan tidak secara keseluruhan dan sedikit pendapat pribadi di dalamnya. Jadi ini betul-betul only my opinion aja gengs...

FORM KIRIM TULISAN

 




Kirimkan tulisanmu ke BLog Cerpen untuk kami muat dalam 
Web BLog, Fans Page Facebook, Instagram dan Channel youtube

Seekor Kera di atas pohon kelapa

Ini adalah cerita motivasi yang bisa kita ambil hikmah dan pelajarannya.

Suatu hari ada seekor kera yang sedang asyik bertengger di atas dahan pohon kelapa. Kera itu memang sehari-hari hidup bergelantungan di pohon kelapa tersebut. Orang -orang yang melihatnya sangat takjub pada kera itu. Bukan tanpa alasan, melainkan karna di wilayah tersebut, saat ini sedang musim hujan dan badai sering sekali menerjang.

Pengantin Cilik. Bab 20 (Rahasia Besar 2)

 

"Pi, bisakah kau ceritakan padaku soal rahasia besar yang pernah kau bilang saat aku menginap di tempatmu kemarin itu? Kenapa jika itu rahasia, kau bisa mengetahuinya sedangkan aku tidak? Apa Ka Lani juga tahu soal rahasia besar keluarga kita?" Tanyaku pada Pia dari telepon. Bagaimanapun aku harus tahu ada apa dengan keluargaku yang semakin hari terlihat semakin aneh dimataku jika dipikir-pikir. 

"Mmmh.... Kalau gitu kau datanglah main lagi ke sini. Biar kuceritakan semuanya secara langsung. Jangan ditelepon. Lagi pula, kenapa tiba-tiba kau pulang begitu saja? Padahal baru datang semalaman. Kita belum sempat bicara banyak. Bahkan Nenek juga mencarimu." 

Pengantin Cilik. Bab 19 (Menceritakan yang sebenarnya 2)

 

Pov. Lani

"Saat itu Bang Arya seperti biasa datang ke mini market tempatku bekerja. Seperti biasa juga dia selalu menyatakan perasaannya dengan sangat ekspresif. Bahkan tak jarang Ia sampai menyentuhku. Terkadang memegang lenganku, bahkan kadang menggenggam keras jariku demi membuatku diam dan mendengar kata-katanya."

Pengantin Cilik. Bab 18 (Menceritakan yang sebenarnya)

 

Kami bertiga terduduk di ruang tamu. Ka Jaka memegang tangan istrinya mencoba menenangkan. Karna sedari tadi di perjalanan tubuhnya gemetar ketakutan. 

Nyuuut.... 
Ada seiris rasa perih melihat pemandangan itu. Meski kutepis, tapi sepertinya perasaanku pada iparku sendiri masih saja ada. Betul kata orang, cinta pertama lebih sering menyakitkan daripada menyenangkan.

Pengantin Cilik. Bab 17 (Menemukannya)

 

Betul dugaanku. Ada kakak di dalam gubug itu. Ia terlihat baik-baik saja terduduk dikursi kayu yang bersebelahan dengan meja.

Aku dan Ka Jaka saling pandang. Kemudian kami mengitari pandangan mencari sosok Bang Arya yang bisa saja tiba-tiba muncul.

Sepertinya suasana aman. Aku dan Ka Jaka memutuskan untuk masuk. Tapi sayang gubug itu terkunci. Namun dengan satu tendangan Ka Jaka, pintu gubugpun terbuka.

Pengantin Cilik. Bab 16 (Mencari Kakak)

 

Aku memang kesal dan marah padanya. Tapi aku tetap ingin Ia baik-baik saja. Salahku meninggalkannya ke rumah Nenek. Harusnya aku menjaganya. Kukatakan pada Ka Jaka untuk tidak memberi tahu Ayah dan Ibu. Biar kami berdua mencarinya dulu.

Akupun bergegas pamit pulang kepada seisi rumah Nenek. Terpaksa cerita tentang rahasia besar keluarga ini harus kutelan separuh. Karna aku tak bisa tinggal diam mendengar  Kakak sudah menghilang tujuh jam. 

Pengantin Cilik. Bab 15 (Merenung)

 

Suasana sarapan pagi tampak seperti biasa. Tidak ada yang aneh. Hanya saja pembicaraan semalam dengan Pia dan Nenek barusan membuatku merasa canggung berada di tengah-tengah keluargaku sendiri. Aku jadi merasa tidak nyaman.

Setelah sarapan mereka berkegiatan seperti biasa. Ibu dan Bibi menghias tanaman di kebun belakang, Ayah membaca berita dari gadgetnya dan Pia mengurus Nenek. Melap tubuhnya karna tidak bisa mandi seperti orang sehat. Aku memperhatikan Pia dari ambang pintu kamar Nenek.

Pengantin Cilik. Bab 14 (Rahasia Besar 1)

 

Paginya, aku yang belum tidur membangunkan Pia untuk sarapan. Yang lain sudah menunggu. Alhamdulillah pagi ini Nenek membuka mata. Sebelum ke meja makan, kusempatkan diri menemui Nenek. Ia menatapku, dari wajahnya aku tahu Ia ingin bicara. 

Kuraih tangannya, lalu kugenggam erat. "Nek, kenapa bandel minta pulang? Bukankah lebih baik kalau dirawat suster? Kan lebih intens nek dibanding di rumah yang terkadang kami tidak mendengar panggilan Nenek."