Terima kasih kami ucapkan kepada semua yang sudah berpartisipasi mengirimkan tulisan ke BLog Cerpen, Baik karya sendiri maupun artikel dari sumber lain. Mohon maaf kepada yang kiriman tulisannya belum bisa kami muat dikarenakan keterbatasan waktu...!!!

Apa yang kamu cari? Temukan disini

Pengantin Cilik. Bab 18 (Menceritakan yang sebenarnya)

 

Kami bertiga terduduk di ruang tamu. Ka Jaka memegang tangan istrinya mencoba menenangkan. Karna sedari tadi di perjalanan tubuhnya gemetar ketakutan. 

Nyuuut.... 
Ada seiris rasa perih melihat pemandangan itu. Meski kutepis, tapi sepertinya perasaanku pada iparku sendiri masih saja ada. Betul kata orang, cinta pertama lebih sering menyakitkan daripada menyenangkan.

Juga lebih sering gagal daripada berhasil. Dan sekarang kualami sendiri. Mirisnya Ia yang kupuja justru menjadi iparku.

"Sebetulnya kenapa si Arya bisa berbuat seperti itu? Aku paham banyak laki-laki yang mengagumimu sebelum menikah denganku. Tapi sampai menculik, itu sesuatu yang diluar dugaan sama sekali. Pasti ada sebabnya. Apa kamu gak mau cerita?" Tanya Ka Jaka sambil menatap lembut wajah istrinya.

Aku tak tahan lagi melihat kemanisan sikap Ka Jaka pada kakakku. Kuputuskan untuk keluar. Aku berniat pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian penculikan itu. Namun baru saja kuangkat tubuhku dari kursi....

"Kau mau ke mana Ren?" Tanya Ka Lani sambil memandangku dengan alis berkerut.

"Aku akan ke kantor polisi dan melaporkan Bang Arya atas kejadian barusan Ka."
 Jawabku kemudian. 

Tapi bukannya mendukungku, kakak justru malah melarangku melapor polisi. Entah apa yang ada dipikirannya.

"Jangan Ren. Jangan lapor apapun pada siapapun. Aku gak mau masalah ini jadi besar."
 Katanya lagi.

"Apa Ka? Jadi besar? Ini memang masalah besar. Mau lebih besar dari apa lagi? Kau hampir celaka berkali-kali gara-gara dia Kak. Dan kita jadi beginipun persis karna dia. Perdebatan antara kita sebelum ini sampai-sampai aku harus pergi menenangkan diri ke rumah nenek kau pikir tidak dipicu karna masalah ini jugakah? Pikirkan baik-baik Kak."

"Jangan Ren. Aku mohon. Jangan buat ini jadi lebih rumit. Aku tidak mau banyak orang tahu tentang urusanku dengan Arya. Terlebih lagi Ayah dan Ibu. Mereka gak perlu tahu yang nantinya malah akan membuat mereka jadi kepikiran."

Apa yang dikatakan Ka Lani memang benar. Ayah dan Ibu pasti akan langsung pulang begitu tahu anak kesayangannya ini hampir celaka oleh preman kampung anaknya Pak Kades.

Aku terdiam sejenak. Berpikir apa yang sebaiknya kami lakukan. Jika kami diam saja, entah kapan preman itu pasti akan berusaha lagi mencari Kakak. Tapi jika lapor polisi, masalah ini pasti akan jadi heboh satu kampung dan membuat keluarga kami jadi sorotan.

Aaah dilemanya diriku berada ditengah-tengah masalah pelik seperti ini. Aku tahu persis apa yang ada dalam pikiran Ka Lani. Dia pasti takut dipersalahkan atas kelakuan buruk Bang Arya.

Secara tidak langsung, Ka Lani memang memicu terjadinya kejadian ini. Apa yang kukatakan tentang Ia yang memberi harapan pada Bang Arya ternyata benar adanya. Hanya saja Ia tak mau jujur.

Akhirnya, dia menceritakan semua kebenaran yang terjadi antara dia dan Bang Arya kepadaku dan Ka Jaka.

Betul dugaanku. Kakak memberikan harapan terlalu tinggi pada Bang Arya. Namun Ia berkeras itu hanya untuk menghindarinya.

Sayangnya dia menggunakan cara yang salah dan mengakibatkan ini semua terjadi.

Kemudian Ia bercerita sejak awal pertemuannya dengan Bang Arya.....

No comments: