Terima kasih kami ucapkan kepada semua yang sudah berpartisipasi mengirimkan tulisan ke BLog Cerpen, Baik karya sendiri maupun artikel dari sumber lain. Mohon maaf kepada yang kiriman tulisannya belum bisa kami muat dikarenakan keterbatasan waktu...!!!

Apa yang kamu cari? Temukan disini

Pengantin Cilik. Bab 17 (Menemukannya)

 

Betul dugaanku. Ada kakak di dalam gubug itu. Ia terlihat baik-baik saja terduduk dikursi kayu yang bersebelahan dengan meja.

Aku dan Ka Jaka saling pandang. Kemudian kami mengitari pandangan mencari sosok Bang Arya yang bisa saja tiba-tiba muncul.

Sepertinya suasana aman. Aku dan Ka Jaka memutuskan untuk masuk. Tapi sayang gubug itu terkunci. Namun dengan satu tendangan Ka Jaka, pintu gubugpun terbuka.

Untungnya memang hanya sebuah gubug kecil yang sudah sedikit rapuh. Jadi bisa dengan mudah mendobraknya.

"Ren, Kak...."

Seketika Ka Lani menyebut nama kami dengan wajah yang terlihat pucat dan ketakutan. Entah apa yang sudah terjadi padanya.

"Ya Allah, untunglah kalian datang. Aku takut sekali."
Tangisnyapun pecah sambil memeluk kami.

"Sebaiknya kita cepat pergi dari sini ka. Sebelum Bang Arya datang. Bang Arya kan yang bawa kakak ke sini? Ada orang yang melihat kakak dibawa Bang Arya ke sini. Itu sebabnya kami mudah menemukanmu. Ayo cepat pergi."

Sambil bicara aku menarik lengan kakak, memapahnya yang kelihatan sekali agak sulit berjalan. Mungkin karna shock dan perut besarmya.

Kamipun bergegas keluar gubug dan menyusuri jalan berbukit untuk kembali pulang. Namun belum jauh kami berjalan, Ka Jaka sepertinya geram sekali dengan Bang Arya.

"Kalian pulanglah dulu. Aku akan disini sebentar saja." 

Aku tahu apa yang mau dia lakukan. Dia pasti ingin sekali menghajar Bang Arya. Bukan aku membela Bang Arya. Tapi aku lebih khawatir Ka Jaka yang akan kenapa-napa. Karna pasti Bang Arya tidak akan sendirian. Akupun mencoba mencegahnya.

"Mau ngapain lagi sih Ka? Udahlah ayo kita pulang aja. Bila perlu kita lapor polisi. Ini sudah perbuatan tidak menyenangkan namanya. Pasti bisa dijadikan kasus. Daripada Ka Jaka menghadapinya seorang diri. Belum lagi jika dia tidak sendiri. Ayolah Ka. Kasiham istrimu." Kataku sambil mengiba padanya.

"Nggak Ren. Ini gak bisa dibiarkan. Kalau kita pulang begitu saja tanpa menghadapinya. Dia akan berusaha lagi di lain kesempatan. Dan aku gak akan biarkan ini terulang lagi." 

Memang benar apa kata Ka Jaka. Pasti dia masih akan berusaha menculik kakak jika kami hanya kabur begitu saja. Tapi kurasa ini ide yang buruk dilakukan saat ini.

"Kenapa kaliam jadi berdebat disini. Ayo cepat kita pulang. Aku sudah lelah, perutku sakit karna tegang." Kata Ka Lani sambil memegangi perut buncitnya.

"Kau lihat kan istrimu seperti ini? Apa tega membiarkan kami jalan berdua saja. Iya kalau Bang Arya berhasil kau temukan di gubug itu. Kalau ternyata nanti malah kepapasan dijalan dengan kami dan kau tidak ada bagaimana? Pikirkan itu Ka."

Ka Jaka diam sejenak. Sepertinya dia mulai mencerna ucapanku. Ada benarnya juga. Jika dia menunggu Bang Arya disini sementara aku dan Ka Lani malah bertemu dia di jalan saat pulang, itu justru akan lebih berbahaya. 

Akhirnya dengan langkah terburu-buru menghampiri kami dan memapah istrinya untuk kembali pulang. Dalam perjalanan kami hanya diam.

Aku tidak tahu apa yang akan kakak ceritakan pada suaminya nanti. Semoga ini tidak menjadi masalah besar dikeluarga kami. Tapi tekadku sudah bulat untuk melaporkan Bang Arya kepada Polisi. Lihat saja. Pasti akan kulakukan.

No comments: