Terima kasih kami ucapkan kepada semua yang sudah berpartisipasi mengirimkan tulisan ke BLog Cerpen, Baik karya sendiri maupun artikel dari sumber lain. Mohon maaf kepada yang kiriman tulisannya belum bisa kami muat dikarenakan keterbatasan waktu...!!!

Apa yang kamu cari? Temukan disini

Pengantin Cilik. Bab 15 (Merenung)

 

Suasana sarapan pagi tampak seperti biasa. Tidak ada yang aneh. Hanya saja pembicaraan semalam dengan Pia dan Nenek barusan membuatku merasa canggung berada di tengah-tengah keluargaku sendiri. Aku jadi merasa tidak nyaman.

Setelah sarapan mereka berkegiatan seperti biasa. Ibu dan Bibi menghias tanaman di kebun belakang, Ayah membaca berita dari gadgetnya dan Pia mengurus Nenek. Melap tubuhnya karna tidak bisa mandi seperti orang sehat. Aku memperhatikan Pia dari ambang pintu kamar Nenek.

Ingin kuhampiri mereka dan bertanya percakapan kami yang sempat terputus sebelumnya. Namun kulihat Pia yang sedang sibuk dan Nenek yang sedang nyaman dengan air hangat ditubuhnya, membuatku mengurungkan niat itu.

Biar kutunggu saja mereka senggang. Akupun keluar dan menuju ruang tengah, menyalakan televisi dan memindah mindahkan saluran tapi tak ada juga acara TV yang bagus kusaksikan.

Kuletakkan remote TV, kemudian meraih ponsel disebelahku. Ingin rasanya kuketik pesan Whatsapp kepada Kakak. Apa Ia baik-baik saja? Bersama siapa dia pagi ini disaat suaminya pergi bekerja?

Aku masih sangat marah padanya. Tapi aku khawatir juga dengan keadaannya. Apakah akhirnya dia menceritakan semua pada suaminya. Karna yang kutahu, Ka Jaka tahu betul sesaat sebelum aku pergi, aku dan istrinya tengah berselisih.

Sudah barang tentu Ia bertanya-tanya ada apa dengan kami. Tapi masa iya dia menceritakan betapa aku mencintai suaminya itu dan aku pergi karna marah menyangkal semuanya. Itupun kalau dia menceritakan yang sebenarnya. Bagaimana kalau dia melebih-lebihkan, seolah aku yang brengsek.

Aku beranikan diri mencari kontak kakak dan menekannya. Tapi baru dua nada sambungan, langsung kumatikan. Untuk apa juga aku menghubunginya. Lebih baik dia berpikir dulu kenapa aku semarah ini. Atau jangan-jangan dia tidak akan pernah sadar bahwa dia salah.

Aaah terlalu egois dia belakangan ini. Akupun terlalu baper menghadapi banyak orang. Termasuk keluargaku yang akhir-akhir ini mendadak aneh.

Banyak rahasia yang tak kuketahui. Tapi sedikit aku sudah dapat menebak. Setiap kali kubercermin, entah kenapa hati ini yakin bahwa aku bukan keturunan keluarga ini. Aku terlalu berbeda.

Secara fisik, keluarga besarku terlalu menonjol. Mereka terlihat sekali keturunan berdarah asing. Dari hidung runcing dan kulit porselennya semua orang sudah bisa menebak itu. Tapi ketika orang-orang melihatku dan tahu bahwa akupun anak keluarga ini, semua orang akan menyipitkan mata seolah ingin berkata...

Benarkah? Serius? Adik kandung Lani? Aku bosan mendengarnya. Tapi lama kelamaan jadi terbiasa. Kakakku yang cantik dan aku yang sederhana ini lebih pantas dibilang majikan dan pelayannya.

Aku tidak jelek, tapi juga tidak secantik keluarga ini. Aku kecantikan khas Indonesia. Dengan kulit coklat dan hidung sedang, sebetulnya aku akan terlihat cantik ketika tidak sedang bersama keluargaku yang menonjol ini.

Aku yang sedang merenung sambil terus memindah-mindahkan saluran TV, tiba-tiba dikejutkan oleh suara dering ponselku sendiri. Nama Ka Jaka muncul dilayar.

Sejenak aku enggan mengangkatnya. Paling-paling dia ingin membujukku pulang untuk menjaga istrinya. Rasanya malas. Tapi akhirnya kuangkat juga.

"Ren, apa Lani disana? Apa dia menyusulmu?"
Suaranya terdengar sangat panik. Aku membelalakkan kedua mataku tertanda ikut panik.

"Ya enggaklah Ka. Mana mungkin dia di sini." 
Kataku menjawabnya.

"Ren, kakakmu sudah dari pagi pergi ke pasar. Katanya mau belanja bahan makan karna kau tak ada. Tapi sudah lebih dari tujuh jam dia tidak kembali Ren."

Aku panik bukan main. Jika hanya ke pasar, seharusnya satu jampun sudah selesai. Bagaimana mungkin tujuh jam telah berlalu dan Ia masih di pasar. Sedang apa? 

Pikiranku mengarah ke Bang Arya. Ya Allah jangan-jangan Bang Arya bertemu dengannya dan.......

No comments: