Suatu hari ibu melihatku di dapur. Sambil masak mengenakan daster sobek dibagian punggungnya. Kemudian terjadi percakapan antara kami.
ibu: Ga bs kamu sisihkan uang utk beli daster baru? kasihan masmu. pulang2 cape, lihat istri pake baju compang camping.
aku: Sisihkan dr mana Bu? Aku itu gak pernah punya uang sepeserpun. Ibu kan tau aku gak kerja, gak punya gaji.
ibu: lho, td waktu aryo berangkat kerja, ibu lihat dia kasih kamu uang.
aku: itu titipan Bu. 50rb utk masak. 25rb jajan kinan, 15rb jajan akbar, 10rb air isi ulang. Itu semua sudah mas Aryo perhitungkan. kalo kubelikan daster. brati ada yg harus kukorbankan. antara jajan anak2 atau gak masak. Mana ada dr dua hal itu yg bs dikorbankan demi diriku sendiri Bu.
ibu terdiam. sambil merogoh kantong dasternya yg sama lusuhnya. kemudian menyerahkan lembaran 50rb sebanyak 2 lembar.
ibu: nih kamu ke pasar beli daster dua biji. buatmu sm buat ibu. kita pakai sama2. Ternyata kita senasib ndo. Sampai tua nda pernah punya uang utk diri sendiri. Sepeninggalnya Bpk mu ini ibu baru merasakan bs beli apa saja dr uang pensiunannya. Bayangkan kalo Bpkmu bukan PNS. Ibu nda akan pernah merasakan bs jajan. Gmn nasibmu ndo. Aryo karyawan swasta. Kamu ga akan bs punya uang sampai mati.
aku tersenyum dan Ibu menitikkan air mata. Tapi dia tak sekalipun menyalahkan Mas Aryo. Karna ibu tau kemampuan mas Aryo ya hanya segitu.
No comments:
Post a Comment