Terima kasih kami ucapkan kepada semua yang sudah berpartisipasi mengirimkan tulisan ke BLog Cerpen, Baik karya sendiri maupun artikel dari sumber lain. Mohon maaf kepada yang kiriman tulisannya belum bisa kami muat dikarenakan keterbatasan waktu...!!!

Pengantin Cilik. Bab 7 (Canggung)

 

Ka Jaka pulang sementara Ka Lani masih tertidur. Aku sedikit kaget saat Ia masuk dan menemukanku sedang terduduk di ranjangnya menggenggam tangan istrinya ini.

"Kenapa dengan Lani dek? Apa dia sakit?." Tanyanya sambil menghampiri kami. Aku sedikit bingung ingin menjawab apa. Tidak mungkin kuceritakan kalau kakak sakit karna ketakutan dikejar bang Arya. Tapi aku harus jawab apa.

"Mmmh.... ngga Ka, cuma sedikit ga enak badan aja. Tadi pucat sekali jadi kusuruh istirahat. Tapi dia belum makan ka. Tolong kalau nanti bangun, segera disuruh makan ya Ka. Biar cepet sehat." Sahutku dengan sedikit gugup.

Aku berharap Ka Jaka tak melihat kegugupanku. Tapi kurasa aku terlalu bodoh dalam beracting. Sudah pasti dia tahu kalau aku sedang berbogong istrinya sakit tak enak badan. 

Demi menghindari pertanyaan selanjutnya, akupun buru-buru pamit dan bergegas pergi dari kamarnya.

"Maaf Ka, tolong gantian jaga Ka Lani. Aku ada tugas sekolah yang harus dikerjakan." Kataku sambil pergi berlalu meninggalkan sosok tampan itu dengan wajah yang sepertinya masih ingin bertanya.

Di kamar aku merenung. Kenapa semua ini terjadi pada kami? Aku yang patah hati dan masih tetap mencintai kaka iparku, kakakku yang dikejar lelaki bringas yang tak mengerti bagaimana mencintai dengan tulus. 

Rasanya seperti sinetron yang mungkin tak akan habis ratusan episode. Hidup ini begitu rumit. Astagfirullah, kenapa aku jadi sering mengeluh? Ada Allah Maha segalanya. Setidaknya, aku bisa mengadu padanya.

Kuambil wudhu kemudian bersimpuh padanya. Entah bagaimana lagi diri ini menghadapi hidup jika tanpa iman didada.

Ya Allah, kenapa belum juga Kau usir rasa cinta ini yang begitu menyiksa? Aku ingin hidup normal bersama keluargaku. Memiliki kakak dan kaka ipar seperti orang lain. Tanpa beban, dapat menyapa satu sama lain.

Dulu sebelum mereka menikah, aku selalu berdoa. Ya Allah, jika dia jodohku maka dekatkanlah, namun jika bukan, tolong jauhkan dia dariku.

Tapi pada akhirnya. Dia bukan jodohku namun malah makin dekat denganku. Terkadang aku merasa ingin minggat saja dari rumah ini. Tapi Ayah dan Ibu malah justru berpesan untuk menjaga kakak.

Betapa dilemanya hidup ini. Kenapa pula ujian akhir masih tahun depan. Aku ingin segera bergegas menimba ilmu di kota. Meraih cita-cita seperti yang pernah kuceritakan pada kaka. Beruntungnya Ayah mensupport aku.

Pada akhirnya Ayah telah menjual sebagian sawahnya untuk bekalku nanti. Bahkan uang hasil penjualannya sudah dibuatkan tabungan atas namaku. Hanya aku yang bisa menyentuh uang sebanyak itu.

Dipikir-pikir, ternyata masih banyak hal yang bisa kusyukuri dibanding hanya meratapi nasib cintaku. Allah tahu yang kumau, tapi Allah lebih mengerti yang kubutuh.

Maafkan diri ini yang masih sering khilaf mempertanyakan keadilanMu ya Robb. Aku merasa bersalah. Tak terasa meneteskan air mata disujudku.

Hari mulai gelap, aku sedikit mengintip ke lantai bawah. Hanya ada iparku. Sepertinya Ka Lani masih di ranjang. Mungkin dia jadi benar-benar tidak enak badan.

Aku lupa kalau hari ini harusnya aku kantor pos untuk pembayaran listrik dan air rumah kami. Ya Allah kewajibankupun sampai terlupakan. Akhirnya aku turun perlahan agar iparku yang sedang asik menonton TV tidak mendengar langkah kakiku dan terpaksa menyapa.

Tapi sial, aku tersandung di anak tangga terakhir. "JEDUG...."

"Aaaww.... " aku meringis kesakitan sambil memegang jempol kakiku.

"Lho Ren, koq kesandung. Hati-hati dong. Lagian udah mau maghrib emang mau ke mana?" Tanyanya sambil menatapku yang masih memegang jempol kaki.

Ya ampun malunya. Seketika aku melepaskan kakiku dan malah hampir terjatuh. Ya Allah kenapa setiap kali di hadapan makhluk ini aku malah terlihat konyol. Untuk itulah Allah tidak menjodohkannya denganku. Sangat tidak pantas.

"Oh ini Ka. Aku lupa harus ke kantor pos untuk bayar listrik dan air. Kalau gak di bayar hari ini takutnya diputus." Jawabku sambil melangkah.

"Aku pamit dulu ya Ka. Assalamualaikum." Kataku sambil bergegas ke pintu depan. 

"Eeeh tunggu Dek."  Ka Jaka sedikit berteriak karna aku sudah mencapai pintu depan yang sedikit jauh dari ruang tengah tempatnya menonton TV.

Rasanya aku ingin sekali pura-pura tidak mendengar. Tapi suaranya yang lantang membuatku memang harus menghentikan langkah. Bisa-bisa dia mengira aku tuli.

"Kalau cuma mau bayar air dan listrik gak usah keluar rumah. Biar aku saja yang bayarkan pakai aplikasi diponsel. Sekarang udah canggih Dek, gak perlu keluar rumah untuk transaksi seperti itu." 

Ia menghampiriku sambil menunjukan ponselnya yang sedang melakukan transaksi pembayaran. Akupun memperhatikannya.

"Mana nomor pembayarannya? Sinikan biar aku transaksikan." Tanyanya padaku.

Akupun menyodorkan dua lembar kertas pembayaran padanya. Kemudian dia sibuk dengan ponselnya dan tak berapa lama menyodorkan ponselnya tepat diwajahku demi memperlihatkan transaksi berhasil.

"Ooh sudah ya. Ini uangnya ka." Kataku sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu.

"Gak usah Dek. Biar aja mulai bulan ini jadi pengeluaranku dan Lani untuk biaya listrik dan air. Kami kan menumpang di sini." Jawabnya kemudian.

"Aduh Ka, jangan begitu. Ini juga uang Ayah koq bukan uangku. Sebaiknya diterima saja. Daripada nanti juga gak akan kembali ke Ayah." Kataku sedikit memaksa.

"Gapapa Dek simpan aja. Kudengar kamu mau sekolah di Jakarta kan? Jika memang iya kan itu bisa ditabung untuk tambahan nanti." 

Aku sedikit terkejut. Dari mana dia tahu soal itu. Bahkan ka Lani saja belum kuberi tahu. Hanya aku dan Ayah yang merencanakan soal sekolahku. Karna kami tak ingin yang lain jadi terbebani dengan keinginanku yang terlalu tinggi.

Tapi Ka Jaka tahu. Akhirnya aku jadi bertanya yang membuat kami terpaksa mengobrol sedikit lama. Hal yang selalu aku hindari. Namun kini rasa penasaranku membuatku tak dapat menghindar.

NOTE:

50% Royalti dari novel ini akan didedikasikan untuk yayasan yatim piatu Hasmah Noor yang bertempat di:
Jl. Ancol Selatan No. 22 RT15 RW8. Sunter Agung, Tanjung Priok. Jakarta Utara 14350.
Lokasi lengkap ada di google map.* 

No comments: