Oke, kita lanjut aja ke cerita berikutnya ya ini kiriman dari email yang sama dengan cerita sebelumnya yaitu "Aisyah Untuk Faaris". Kali ini judulnya "Hanya Aku Yang Tahu". Semoga kisahnya inspiratif lagi ya pembaca. Yuk disimak lagi.
* * * * * * * * * *
Setiap accident pasti
membuat perasaan menjadi tidak baik. Karena pagi itu aku harus segera hadir
dalam seminar yang diadakan di salah satu Universitas di daerah ku. Aku harus
buru-buru karena waktunya sudah mepet dan tempat diadakan seminar sangat jauh
dari tempat tinggal ku. Hal yang membuat aku harus buru-buru adalah pembicara
seminar kali itu adalah seorang penulis novel yang sangat aku suka. Beliau
adalah Bang TERE LIYE. Betapa kesempatan berharga ini jangan sampai disia-siakn.
Jadi, jangan sampai ketinggalan sedikitpun.
“Maaf ya dek harus
menunggu kakak?” hari itu saya pergi bersama junior saya yang menemani saya ke
bengkel.
“Gak apa-apa kak, acara
nya masih satu setengah jam lagi”, kata nya dengan penuh perhatian.
Setelah selesai urusan
saya di bengkel, kami melanjutkan perjalanan. Membutuhkan waktu satu jam untuk
pergi ke tempat acara seminar diadakan. Belum dihitung dengan macet, kecepatan
dan lainnya.
Tepat pukul 08.15 kami
sampai di tempat acara. Alhamdulillah acara belum di mulai.
Kami melakukan registrasi
kehadiran. Dan mencari tempat duduk paling depan. Tapi kami dapat tempat duduk
di tengah, karena yang paling depan sudah penuh.
“Tak apalah, yang penting
masih bisa melihat bang Tere Liye dengan jelas.” Bathin ku.
Kami menikmati pembukaan
oleh MC dengan suara yang bergema. Sambutan dari Presma yang hanya saya ketahui
dari medsos betapa semangat beliau dalam orasi, ternyata beliau memang
berwibawa dan semangat. Serta sambutan dan pembukaan dari rektorat yang syahdu
beliau bawakan.
Acara pembukaan selesai,
15 menit waktu kosong. Ternyata kami menunggu bang Tere Liye menuju tempat
seminar.
Suasana dingin, ditambah
lagi keadaan kemanusiaan ku yang tidak bisa bersahabat. Takut ketinggalan
seminar, aku menahan untuk panggilan alam. Tapi karena sudah tidak tahan,
akhirnya aku pun keluar dari tempat duduk. Di temani adik ku untuk pergi ke
belakang.
“Aduh kakak ni nanti kita
ketinggalan lo” katanya kesal.
“Sebentar saja dek” kata
ku memohon. Karena malu mau pergi sendiri. Dan akhirnya dia mau juga menemani.
Tak lama di belakang, terdengar suara moderator yang lantang dan bersemangat yang
menandakan bahwa bang Tere Liye membuat saya gugup dan semakin takut
ketinggalan seminar bang Tere Liye. Adek saya di luar sudah teriak-teriak suruh
cepat.
Pertama kali saya
mendengar suara moderator, selain saya penarasan dengan wajah bang Tere Liye,
saya juga penasaran dengan wajah Sang Moderator. Di depan cermin saya terdiam, berpikir
dan menerka.
“Dari suara yang lantang
dan penuh semangat sepertinya saya tahu siapa yang jadi moderator. Ah tapi
bukanlah aku kan belum pernah dengar suaranya yang asli selain dengar suaranya
dari youtube” Berbicara sendiri menerka-nerka di depan cermin. Aku tersadar
ketika adikku berteriak pas di dekat telingaku. Kami pun kembali ke tempat
duduk.
Dengan heboh aku
berteriak kecil di tempat duduk selain bisa melihat wajah bang Tere Liye,
tebakan ku benar, siapa orang yang jadi moderator pada saat itu. Dia adalah
orang yang aku tahu, tapi bukan aku kenal. Senang sekali. Bisa secara langsung
melihat 2 orang yang membuat ku penasaran selama ini.
“Tenang kak” kata adikku
yang gantian terkejut karena kehebohanku.
Bagiku, aku tidak bisa
tenang karena saat inilah aku melihanya dengan jelas. Dan itu membuatku
tersenyum sepanjang acara.
“Kamu tidak tahu cerita
tentang nya bagiku dek” gumamku sambil tersenyum.
***
Setahun lalu, aku mulai
ingin mencari kenalan sebagai tempat tanya jawab mengenai apa yang harus
dilakukan di tingkat 3 nanti, referensi perusahaan mana saja yang baik untuk
tempat kerja praktik, apa saja yang harus dibuat untuk menyusun Tugas Akhir di
dalam konsen ku yaitu Sistem Informasi, dan masih banyak lagi. Selain kenalan
dari kampus, aku juga melanglang buana mencari teman di media sosial dari
kampus lain, siapa tahu ada pengalaman yang berbeda. Selain pelajaran, mungkin
bisa berbagi ilmu non-akademik, ilmu agama misalnya, atau ilmu politik, atau
ilmu sosial dan masih banyak yang lain.
Aku
mulai mencari dari grup di mana aku ikut bergabung di dalam nya. Dari banyak
grup, aku memilih grup yang selama ini benar-benar memberi manfaat buat ku.
Bukan grup yang hanya berisi status main-main.
Dari
grup itu ada satu nama yang kupilih secara acak, entah karena kebetulan si
pemilik akun kuliah di salah satu Universitas di daerah ku. Dari keterangan
singkat profilnya, si pemilik akn juga mengambil konsen yang sama denganku
yaitu sistem informasi. Bedanya beliau satu tingkat di atas ku. Beliau adalah
Generasi 12. Setelah dipikir-pikir aku seperti stalker, tapi sebenarnya tidak.
Aku berniat untuk tidak meminta pertemanan karena aku fikir nanti orang itu
mengira aku jadi stalkernya. Terlalu terbawa perasaan. Saya hanya me-screenshot
pin bbm beliau. Sampai sekarang pun belum pernah aku invite, yaa karena malu
tadi.
Dari
semua status dan foto yang diupload beliau, bisa diambil kesimpulan beliau
adalah orang yang aktif. Dari foto dan status yang diuplod ada beberapa nama
yang dicantumkan. Saya coba membuka satu nama.
Setelah
masuk ke halaman dindingnya, aku membaca sedikit profilya, ternyata konsentrasi
yang beliau ambil adalah Ilmu Komunikasi.
“Ehmm,
beda konsentrasi, tapi gak apa-apalah, mana tahu ada info lain yang menarik”,
ungkapku sambil terus menaik turunkan scroll pada laptop ku.
Dilihat
dari semua yang diupload beliau, beliau pun adalah orang yang sangat aktif. Aku
berfikir orang ini suka membaca, karena kata-kata yang tersusun rapi dan
konsisten.
Sampai pada suatu foto,
yang mungkin waktu itu foto lama si pemilik, bagi ku foto itu membuatnya terlihat
seperti ustadz Felix Siauw. Tapi setelah tahu aslinya beliau jauh dari ustadz
Felix Siauw. Terkekeh aku mengingatnya. Entah darimana ku lihat beliau mirip
ustadz Felix Siauw.
Selain foto aku juga
melihat ada pin bbm beliau, lagi-lagi aku hanya me-screenshot pin bbm beliau.
Dan hasil itu hanya tersimpan di memori hp.
Sebulan berlalu, UTS
sudah berlalu. Setiap tahunnya pada bulan Desember akan ada libur natal dan
tahun baru. Liburan kali ini adalah kesempatan ku pulang ke rumah orang tua.
Sudah lama tak pulang, membuat rindu harus terbayar pada liburan kali ini.
Karena betapa sibuk adan padatnya jadwal perkuliahan di kampusku. Harus banyak
menguras pikiran dan tenaga.
Seperti halnya semua
mahasiswa yang pulang ke rumah. Mereka menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan
keluarga. Berlibur dengan keluarga, melepas rindu, membantu orang tua. Di mana
menurut ku liburan adalah kesempatan untuk berbakti dan mengbdikan diri lagi
pada orang tua. Karena sudah berbulan-bulan kita mengabdi dan berbakti pada
tugas dan kegiatan perkuliahan. Sejenak melupakan perkuliahan, namun tidak
sepenuhnya karena ada juga tugas liburan yang dibawa pulang ke rumah. Itu juga harus
diselesaikan.
Setiap malam, aku dan
ibuku biasa bercerita tentang masa-masa perkuliahan ku, beliau yang bercerita
apa saja kegiatan beliau selama aku tak ada di rumah. Bercampur perasaan di
dalam hati, bahagia dan terharu.
Ketika ibuku ke dapur,
aku mengecek hp. Ada pemberitahuan di salah satu media sosialku. Aku buka dan
melihat ada apa di dalam pemberitahuan.
“ibuuuuukkkkkk........
Coba sini sebentar!” aku berteriak karena terkejut dengan apa yang kulihat
dipembertahuan.
“Ada apa, kok
teriak-teriak” kata ibuku yang datang buru-buru dari dapur.
“Coba lihat buk, orang
ini nge-add Dinda buk”. Dengan semangat kutunjukkan pemberitahuan itu pada
ibuku.
“Emang kenapa sampai
teriak begitu, ya sudah terima saja”, jawab ibuku enteng.
Memang selama ini aku
bukan lah orang yang mudah menerima permintaan perteman yang diminta kepada ku.
Aku akan melihat dulu ke dalam halaman diding mereka. Jika menurutku baik ya
aku terima, jika membuat ku merasa terganggu lebih lagi aku tidak kenal ya
sudah saya abaikan. Mungkin terdengar kejam, tapi ini suatu usaha perlindungan
dan kenyamanan. Belum tentu juga orang yang aku terima esoknya memberi
kenyemanan di dalam media sosial ku.
“Tunggu ya buk, aku mau
cerita. Orang yang add aku ini dulu udah pernah Dinda lihat halaman dinding fb
nya, terus dinda screen shot pin bbm nya. Tapi dinda gak berani meminta
pertemanan dan menginvite pin bbm nya Dinda malu, nanti dikira dia Dinda jadi
stalker nya. Tapi kali ini Dinda gak nyangka, ternyata Dinda yang diadd sama
dia.” Ceritaku penuh semangat paa ibuku.
Pada akhirnya aku
konfirmasi permintaan pertemanan beliau. Senang dan gak nyangka aja. Sampai
sekarang masih bingung, kok bisa kebetulan yaa, aku yang dulu cuma liat-liat
halaman dinding beliau, ehh malah beliau yang meminta pertemanan ke aku. Terbawa
perasaan. Dasar wanita.
Setelah tahu, ternyata aku
dan dia banyak bergabung di grup yang sama di media sosial tersebut. Beliau
adalah orang yang aktif di BEM di kampusnya, memegang peran penting juga. Aktif
dalam lembaga dakwah juga dan masih banyak lain. Dari situlah aku tahu betapa
beliau sangat suka membaca, koleksi novelnya sudah sampai 200-an. Ehmm, gak
sebanding dengan punya ku yang baru 20-an.
Liburan telah usai.
Waktunya kembali ke peradaban perkuliahan. Kembali pada tugas sebagai
mahasiswa. Kembali melanjutkan perjuangan, membuktikan diri bisa berguna untuk
negeri.
Aku dan teman-temanku
sudah tiba di kost. Dan siap menempuh Senin pagi sebagai awal masuk dari
liburan natal dan tahun baru. Harus dengan pikiran baru yang kembali fresh.
“Ibu
suri, dia invite bbm Dindaaaa....”, teriakku histeris ketika melihat beranda
bbm ku. Ada satu pemberitahuan kalau ada 1 yang meng-invite. Pas aku buka, ia
adalah orang yang sama ketika meng-add fb ku. Ibu suri adalah panggilan teman
satu kost dengan ku.
“Emang
siapa dia kok heboh banget, sampai teriak-teriak begitu?” katanya penasaran dan
melihatku yang aneh. Aku hanya senyum-senyum dan menceritakan hal yang sama
kuceritakan pada ibuku.
“Cieeee...”
ledek nya. Ibu suri malah meledek ku.
Tapi,
untukku pribadi, setelah sebulan lau dia add fb ku, walaupun aku sempat
bingung, tapi aku gak terlalu ambil pusing. Tapi dia malah invite pin bbm ku,
ini kembali membuat ku bingung membuat banyak pertanyaan yang tak bisa dijawab.
“Darimana
dia tahu pin bbm ku yaa?” Atau “Aku pernah share pin bbm ke fb ya, tapi
rasa-rasanya tidak pernah” kembali menerka-nerka.
Daripada
bingung, akhirnya ku setujui saja invite nya. Tapi kami tak pernah melakukan
chat, karena aku pun gak tahu
apa yang mau ditanya, dia pun mungkin gak ada ditanyakan padaku. Hal yang
membingungkan.
Tak
lama setelah dia meng-invite bbm ku, aku kembali dihebohkan dengan
pemberitahuan yang ada di akun instagram ku. Ternyata dia juga nge-follow akun
instagram ku.
“Ya
Allah, tahu darimana pula dia nama akun instagram ku.” Kebingungan ku sampai
detik ini pun belum terpecahkan dan tak ada tanda-tanda yang mampu menjawabnya.
Biarlah kebingungan ini bersemayam terserah dia entah mau sampai kapan. Sampai
aku berharap bisa bertemu dan melihat wajahnya secara langsung.
***
Seperti
biasa pada umumnya dalam seminar, pasti ada sesi tanya jawab. Karena
pengalamanku, membuat aku membuat persepsi sendiri tentang tanya jawab di setiap
seminar. Menurutku tanya jawab dalam seminar adalah seperti lotere
keberuntungan yang jika ditunjuk oleh moderator saat itu ialah yang berhasil
untuk bisa bertanya, meluapkan penasaran yang bersarang di hati dan pikiran, setelah
menunggu 2 jam lamanya.
Namanya
juga diibaratkan seperti lotere keberuntungan, kadang-kadang tidak langsung
beruntung untuk kesempatan pertama. Sama halnya seperti yang ku rasakan.
Mengangkat tangan lantas tidak ditunjuk itu merupakan suatu keberanian yang
luar biasa. Hanya bisa cengengesan dalam kesal.
Baiklah,
untuk ronde pertama aku terima ketidakberuntunganku. Mungkin juga karena aku
kurang cepat seper second dengan orang lain. Mungkin dari pertanyaan mereka ada
yang bisa ku dapat. Di ronde pertama ada 3 penanya, yang masing-masing memiliki
pertanyaan yang tidak cukup satu, seakan pertanyaan itu beranak.
Santai,
lugas, padat dan jelas bang Tere Liye menjawab semua pertanyaan. Pastinya Bang
Tere Liye tak pernah kehabisan cerita
fiksi di setiap menjawab pertanyaan, seakan kami sedang dibacakan dongeng yang
bertemakan ketekadan.
Ronde
kedua dibuka, aku kembali meyakinkan hati untuk bertarung dengan beberapa ratus
peserta seminar untuk mengangkat tangan lebih tinggi, padahal aku ragu-ragu
untuk berdiri, karena sejujurnya aku takut gak ditunjuk lagi oleh moderator.
Takut kalau aku harus kesal dengan moderator yang yang tak berdosa karena tidak
menunjukku.
“Ya yang berkacamata”,
kata moderator sambil melihat ke arah ku.
Waaaahh,
kali ini aku beruntung sekali. Sang moderator melihat ku dan menunjukku. Ini
adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan. Dalam hati aku sangat
berterimakasih pada nya.
Nah,
untuk ronde kedua ini agak berbeda, orang-orang beruntung tadi disuruh maju ke
depan karena microfon yang tidak bisa diakses sampai ke kursi peserta.
“Ini
beruntung atau malah mematikan yaa?” bathin ku, krena malu dilihat orang
banyak.
“Tapi
ini adalah kesempatan yang mungkin jarang untuk datang kedua kalinya, jadi ini
adalah keberuntungan berlipat ganda” sorak riang dalam hati ku.
Yaa,
dikatakan keberuntungan ganda karena selain bisa dengan jelas melihat bang Tere
Liye dan bisa bertanya langsung, ini juga adalah salah satu kesempatan
mengabulkan harapan yang dulu pernah ada. Sudah ku dengar suara aslinya yang
benar-benar lantang dan penuh semangat. Sehingga memberikan energi positif
tersendiri bagi pendengarnya, atau mungkin bagi ku sendiri. Aku juga berdiri di
dekat nya, walaupun tak pas di sampingnya.
“Hari
ini aku benar-benar bertemu kamu. Mendengar dan melihat dengan jelas. Banyak
pertanyaan. Kebingunganku pun tidak juga hilang. Mungkin ini hanya sebatas
perasaan yang salah. Dan ini hanya aku yang tahu” tersenyum.
No comments:
Post a Comment